Makineksis.com, KUTAI TIMUR - Dalam mendukung Sustainable Landscape (SLPI) yakni Program Indonesia, sebuah program yang didukung oleh Sekretariat Negara Bidang Ekonomi Konfederasi Swiss untuk memperkuat tata kelola sawit berkelanjutan di Indonesia, khususnya di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Program ini bekerja sama dengan pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat sipil untuk mencapai produksi sawit yang ramah lingkungan dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat lokal, serta mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam kebijakan daerah.
Seiring perkembangannya SLPI yang awalnya desentrakan di Kalteng dan Kalbar kini melebarkan sayapnya hingga merambah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Wabup Kutim H Mahyunadi minta keseriusan SLPI tindaklanjuti workshop
Mengingat Kabupaten Kutim, perkebunan sawitnya selain dikelola pabrikan perusahaan tbk, banyak juga digeluti oleh warga lokal, transmigrasi, atau melalui lajur bentukan kelompok tani secara mandiri.
Untuk dapat lebih menyukseskan SLPI di Kutim, maka Rabu (10/9) 2025 Wakil Bupati Kabupaten Kutim, H Mahyunadi SE MS.i membuka langsung aksi workshop bersama untuk Kutai Timur berkelanjutan, di Hotel Victoria Sancatta - Kutim
Saat diwawancarai awak media usai membuka workshop tersebut, wabup lebih dahulu membuka cakrawala "berwawasan" luasan area sawit di Kutim.
"Tentunya kita ketahui bersama, kan di Kutim ini banyak area sawit kalau tidak salah kurang lebih 600 sampai dengan 760 hektar, dengan demikian kabupaten kami dapat menjadi pilot project percontohan," terang H Mahyunadi.
H Mahyunadi menginginkan kontribusi sawit yang terbilang besar ini, inkamnya dapat memberikan multiplayer efect terhadap masyarakat
"Dipastikan usaha perkebunan sawit dapat mendorong peningkatan roda perekonomian signifikan. "Saya berharap pengelolaan perkebunan sawit secara baik tentunya mengedepankan ramah lingkungan tanpa merusak semesta beserta seisi ekosistemnya,' kata orang nomor dua di Pemkab Kutim ini, secara arif dan bijak.
"Tentunya dalam mewujudkan komitmen sektor sawit secara berkelanjutan, pemerintah kabupaten tidak bekerja sendirian akan tetapi didukung pemerintah pusat melalui SLPI, melalui berbagai solusi, sosialisasi, pemaparan knowldge sekaligus menambah pengetahuan kepada pemerintah daerah, terutama kalangan petani Kutim" jelas H Mahyunadi.
H Mahyunadi mengungkapkan sawit apabila overload "berlebihan" yang diproduksi tentunya dapat memicu tutup usia juga.
"Akan tetapi menghadapi tantangan itu, maka bermanfaat sekali dengan adanya workshop salah satunya sebagai referensi. Kami yakin hasil sawit masih menjadi andalan "fantastis", primadona sebagai indikator wadah refleksinya masyarakat," ujarnya.
"Tentunya sebagai komoditi menjanjikan perizinan - perizinan perkebunan sawit dapat lebih diprioritaskan.
"Setelah dilakukan workshop ini, kedepannya pemerintah pusat, SLPI benar - benar ditindaklanjuti serius tidak semata pembekalan knowldge saja tanpa dibarengi praktek lapangan secara nyata," tandas H Mahyunadi.(aji/rin)
Tulis Komentar